Sumber Ledakan Emosi
Saat kita merasa (mudah) sangat marah kepada seseorang atau situasi, apakah itu disebabkan kesalahan orang atau keadaan yang terjadi? Demikian juga perasaan kecewa atau sedih yang menguasai pikiran kita sehubungan dengan interaksi dengan orang di dekat kita. Apakah itu karena orang lain bersikap negatif terhadap kita? Misal, ada orang menghina atau merendahkan kita, dan tidak ada satupun yang membela kita. Lalu kita sangat marah, sedih atau kecewa. Jawabannya ialah, tidak. Bukan itu penyebab utamanya.
Sumber utama masalah emosi negatif kita adalah:
Faktor Predisposisi
Kondisi kesehatan mental kita sehat atau tidak. Apakah kepribadian kita matang atau tidak. Apakah kita sejak kecil dibesarkan dengan kasih sayang yang cukup? Apakah kita dididik orang tua dalam kecerdasan emosi yang baik. Jika ternyata kurang, maka inilah penyebab utama atau predisposisi ledakan emosi negatif kita. Kita menjadi mudah marah, kecewa, sedih, dsb.
Faktor Kontribusi
Apakah pengenalan kita akan orang tersebut cukup atau tidak. Pemahaman kita tentang kepribadian manusia pada umumnya memadai atau tidak. Pengetahuan kita tentang orang tersebut utuh atau tidak. Apakah kita menyukai orang tersebut, atau sebenarnya sudah lama memendam kekesalan. Kondisi kita saat itu benar-benar sehat atau tidak, dalam keadaan lelah atau cukup prima. Skil komunikasi kita memadai atau tidak. Apakah kita pribadi yang merasa lebih tahu, lebih pandai dari orang lain. Kesombongan juga bisa ikut membuat kita mudah merasa direndahkan. Inilah faktor-faktor yang menyumbang (kontribusi) kestabilan emosi kita. Apakah kita menjadi mudah marah, atau terampil menguasai emosi negatif saat emosi tersebut terjadi.
Faktor Pencetus
Saat ada orang mengkritik, menghina atau merendahkan kita itu adalah faktor pencetus (trigger). Kondisi ini akan selalu ada, ketika terjadi miskomunikasi dengan orang lain. Kita tidak bisa mencegah kesalahpahaman di dalam keluarga, tempat kerja atau dalam lingkaran persahabatan ini. Jadi penyebab utama kondisi emosi kita marah bukanlah orang lain, apakah itu merendahkan atau menghianati kita. Tetapi kedua faktor di atas, yaitu faktor predisposisi dan faktor kontribusi atau penyumbang. Ketika orang bersikap jahat kepada kita, itu hanya pencetus atau yang memantik kemarahan, tapi potensinya sebelumnya sudah ada dalam diri kita.
Untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan, bukan semata-mata hanya meminta orang tersebut berubah. Tetapi kita terlebih dahulu memulihkan kesehatan emosi, meningkatkan kematangan pribadi kita. Juga perlu menjaga kondisi saat berkomunikasi agar benar-benar dalam keadaan siap. Usahakan tidak dalam keadaan lelah, lapar, sakit, ngantuk atau sedang membutuhkan self-care. Juga perlu merencanakan komunikasi dalam situasi dan tempat yang baik. Melatih ekspresi dan intonasi saat berkomunikasi. Kita juga perlu menambahkan pengetahuan kita akan manusia, misal psikologi kepribadian dan psikologi perkembangan manusia. Juga meningkatkan pengenalan yang utuh akan orang orang di lingkaran satu kita. Termasuk latar belakang dan situasi mereka saat konflik terjadi.
Konflik akan selalu ada dan perlu. Konflik yang sehat membuat hubungan semakin baik, pengenalan akan makin utuh terhadap orang terdekat kita. Jadi tak perlu menghindari konflik, melainkan mengelola dengan baik.
Lebih baik menghadapi konflik yang sehat daripada menghindarkan konflik membuat perasaan kita makin buruk.
Semoga membantu.
Dr. Julianto Simanjuntak, Konselor