Orangtua yang Bodoh dan Bijaksana

Dalam perjalanan hidup orang bijak ia mempersiapkan diri memasuki masa pensiun, masa tua dan saat sakit atau sekarat. Dia mempersiapkan diri, mulai dari mengambil hal positif dari orang tuanya, meningkatkan pendidikan dan pengetahuan dengan membaca buku, memilih karier hingga teman hidup.

Setelah menikah, dia merawat keluarga dan anak-anak dengan baik, memberikan waktu, kehadiran, teladan, daya, dan dana. Seperti kebutuhan minyak bagi lampu dan kendaraan, semua dipersiapkan dan diisi tepat waktu. Ia tidak segan mencari bantuan, mendatangi tenaga profesional untuk Konseling atau konsultasi.

Pada masa tuanya dia pun akan senang dan tenang, menyaksikan anak cucu hidup seperti yang ia harapkan. Semua tantangan dan kesulitan dihadapi bersama tanpa keluhan berarti. Menjaga kesehatan mental anak-anak sama berharganya seperti memelihara kesehatan fisik, relasi dan finansial.

Sebaliknya mereka yang angkuh, sombong dan bodoh meremehkan keluarga dan anak-anak. Mereka sibuk dan lebih peduli dengan kerja, prestasi, sukses, nama baik, kekayaan dan panggung pribadi. Sibuk memelihara bisnis, dan karier dan mengabaikan kesehatan mental anak-anak.

Pada masa tuanya mereka akan menyesal, sedih dan susah, penuh kekecewaan karena tidak bisa membalikkan jarum waktu. Ia melihat keluarga penuh konflik hingga perpisahan, dengan rasa benci. Ia menyaksikan anak-anak bermasalah dengan kesehatan jiwa yang buruk, tidak mandiri, dan tidak respek terhadap orang tua. Selain itu melihat cucu-cucu tidak seperti yang diharapkan, muncul perasaan sedih dan tidak berdaya, karena tidak bisa berbuat banyak kecuali memberi uang, dan fasilitas fisik saja.

Penyesalan kadang sudah terlambat. Seperti perumpamaan 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana, kita perlu mengisi minyak cinta, iman dan harapan pernikahan kita. Jangan biarkan api cinta keluarga padam, jangan sampai minyak harapan anak-anak kita habis. Ketika anak-anak tidak lagi percaya pada kita, orangtuanya, malas berbicara dan memilih bungkam karena bosan mendengar nasihat dan omelan orang tuanya yang bodoh. Tragisnya, 5 wanita bodoh yang tidak menyiapkan pelitanya tidak diizinkan masuk pesta, sesalnya luar biasa. Menunggu lama, tapi hasilnya sia-sia. Demikian juga orangtua yang bodoh, merasa menghabiskan waktu puluhan tahun mendidik anak, tapi hasilnya tidak ada.

Anak-anak membutuhkan tabungan emosi positif yang kita tabur sejak mereka masih kecil. Tabungan emosi bahagia itu mereka dapatkan dari kehadiran papa mama, diprioritaskan orang tua, menjadi teman bermain dan berbicara, mendapat banyak cerita menarik dan teman libur anak-anak. Memberikan bahu tempat anak-anak menangis dan berkeluh kesah, dan mencintai anak tanpa syarat.

Inilah modal bagi mereka, sehingga pada saat datang krisis, badai kesulitan datang, tabungan emosi bahagia itu memberi anak-anak kekuatan dan harapan menjalani kecemasannya. Mereka tetap tangguh di masa sulit, tetap tenang di saat malang dan tegar di masa sukar.

Parents, lebih baik kita bersusah susah sekarang saat anak-anak masih mudah diajar dan memiliki bonding, daripada nanti setelah mereka dewasa dan punya masalah tidak ada lagi waktu. Kita pasti akan membayar harga dan emosi lebih banyak.

Akhirnya, jangan segan mencari sesama orang tua lain untuk menjadi teman diskusi, miliki mentor atau ¬accountability partner untuk berbagi, serta kunjungi tenaga profesional guna memeriksakan kesehatan perkawinan dan mental anggota keluarga kita.

Catatan harian
Dr. Julianto Simanjuntak
8 Feb 2023
IG @Julianto_Simanjuntak
@LSP_KKK

Belajar Konseling Bersertifikat LK3

Program Pendidikan Konseling Bersertifikasi Konselor LK3 2023/2024

 
Visi LK3: Memuridkan Konselor agar Konseling menjadi gaya hidup. Konselor menjadi profesi yang dihargai seperti psikiater dan Psikolog, dan tersedia secara merata bagi masyarakat Indonesia. (tahun 2030)
— Visi LK3
 
Previous
Previous

Menciptakan Tempat Perlindungan

Next
Next

Beda Psikolog, Psikiater dan Konselor