Beda Psikolog, Psikiater dan Konselor

Mengapa sebagian dari kita enggan mengunjungi psikiater dan Psikolog?

Alasan yang paling umum adalah, masih ada  stigma terhadap psikiater dan Psikolog ataupun konselor. Mereka yang konseling dianggap aneh atau menderita "gila". Padahal di negri maju orang terbiasa Konseling dan sudah menjadi bagian hidup sesehari.

Dalam pengalaman masih ada klien  belum paham beda Psikolog, Psikiater dan Konselor. Misal, tak jarang klien memanggil saya dokter, padahal saya adalah Konselor. Sebagian lain menduga psikiater itu hanya memberi obat padahal sebagian psikiater juga cakap memberikan terapi tertentu. 

Secara umum ketiganya sama-sama memberikan konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu. Namun ada perbedaan mendasar dari ketiganya yang perlu kita pahami. Artikel ini akan mengulas fungsi dan perbedaan tugas dari ketiganya. 

Psikiater Seorang psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. atau Spesialis Kedokteran Jiwa.

Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar 3-5 tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater. 

Psikiater bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan pelbagai kemampuan medis, konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama 8-10 tahun. 

Disamping itu psikiater berhak memberikan (resep) obat kepada pasien. Sedangkan Psikolog dan konselor tidak ada ijin mengeluarkan resep. 

Psikiater masing-masing juga melengkapi dengan keahlian khusus sesudah tamat dari spesialisasi. Sayangnya jumlah Psikiater di Indonesia masih minim alias kurang memadai, yakni hanya sekitar 1000 Orang. Banyak daerah kabupaten yang belum memiliki psikiater. 

Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu dua tahun atau lebih untuk menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Gelar mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. 

Seorang psikolog klinis umumnya  praktek sebagai psikolog di rumah sakit Atau klinis konsultasi dsb. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri, organisasi & psikologi pendidikan. Psikolog organisasi umumnya bekerja di bagian Human Resources and Development (HRD). Sedangkan Psikolog pendidikan umumnya berkecimpung di dunia pendidikan. Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti keluarga, norma masyarakat dan agama. 

Dalam menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya. 

Kalau psikiater memberikan obat atau medikasi medis, maka psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi tertentu hingga alat tes. 

Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi. 

Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll. Konselor Sekolah konselor ada dua. Di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan BK, bimbingan Konseling. Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di sekolah, TK hingga SMU. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. 

Ada juga lulus sebagai konselor dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) keagamaan (kristen). Jurusan ini dikenal dengan Konseling Pastoral. Di jurusan Master bidang konseling ini dipelajari teologi, psikologi dan ilmu konseling. Syarat mengambil jurusan tersebut harus sudah S1 umum atau S1 Teologi. Lamanya adalah sekitar 2-3 tahun. 

Lulusan konselor pastoral ini biasa bekerja di lembaga keagamaan seperti gereja, konselor di sekolah atau yayasan konseling. Pendekatan konselingnya menggunakan pendekataan keagamaan. Sebaliknya Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum, meski ada juga yang memakai pendekatan integratif biopsikospiritual. 

Di negara kita Sebagian orang masih belum merasa nyaman bertemu dengan psikiater atau Psikolog (karena stigma negatif tertentu). Karena itu mereka merasa lebih nyaman bertemu konselor. Selain konsultasi, Kadang mereka butuh didoakan atau dibacakan kitab suci. 

Selain itu biaya konseling di lembaga sosial ini jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan psikolog atau ke dokter (psikiater). 

Kerja Sama dan Rujukan Baik psikiater maupun psikolog memiliki hubungan yang erat dan saling bekerja sama. Karena masalah kejiwaan manusia tidak disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi. Itu sebabnya mereka biasanya saling memerlukan agar permasalahan klien bisa diselesaikan secara menyeluruh. Misalnya gangguan skizofrenia atau depresi merupakan keahlian psikiater karena keduanya penyebab utamanya adalah faktor biologis dan perlu penanganan biologis. 

Sedangkan permasalahan sosial seperti keluarga dibantu proses konseling oleh seorang Psikolog atau Konselor. Jika Anda pergi ke Psikiater dia akan merujuk Anda ke psikolog atau konselor jika ia merasa Anda memerlukan bantuan terapi yang sifatnya jangka panjang. 

Sebab obat sering hanya untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi konsultasi bisa lebih panjang. 

Sebagai konselor kami bekerjasama dengan psikolog dan psikiater. Jika klien butuh psikotes, konselor merujuk klien ke seorang Psikolog. Termasuk konsultasi atau intervensi lanjutan dengan keahlian terapi khusus oleh Psikolog. 

Jika klien dianggap membutuhkan obat karena ada halusinasi, gangguan tidur dsb, biasanya direfer ke seorang Psikiater. Sebab klien dengan kasus depresi berat tidak bisa dikonseling. Dia harus minum obat terlebih dahulu. Jika sudah tenang dan bisa berkomunikasi baik, baru bertemu dengan konselor atau Psikolog. 

Semoga tulisan ini membukakan wawasan kita tentang ketiga profesi yang sangat penting dalam kesehatan jiwa masyarakat.

Perlu pula kami tekankan, Jumlah rakyat yang bermasalah dengan kesehatan jiwa di tanah air sangat besar yakni sekitar 28 juta jiwa, dan diantaranya 13 juta dengan gangguan depresi. Di Kota besar malah angkanya 1 dari setiap 5 penduduk mengalami masalah kesehatan jiwa. Sayangnya jumlah ini tidak seimbang dengan ketersediaan jumlah psikiater, psikolog dan konselor. 

Nah, ini tantangan buat kaum muda memilih profesi yang lahannya sangat luas dan sangat dibutuhkan. Semoga bermanfaat 

Julianto Simanjuntak 

 
 

Program LK3

Cari tahu mengenai modul konseling, program studi dan kegiatan LK3

Previous
Previous

Orangtua yang Bodoh dan Bijaksana

Next
Next

Sambo dan Kesehatan Mental Kita — Catatan Pastoral