Candu Popularitas

Tahun 2013 kami memutuskan pindah ke Salatiga. Saya mengalami masalah, kecanduan (Adiksi). Bukan hanya kecanduan kerja, tapi juga candu ingin populer atau terkenal. Dibalik itu, ada kebutuhan diapresiasi.

Penyebab

Saya lahir tidak diinginkan Ayah, karena dia ingin saya perempuan. Sebab sudah lima di atas saya semua laki-laki. Ibu trauma melahirkan saya, dia memaksakan saya pakai rok saat batita. Tidak pernah mengenalkan pada tamu yang datang di rumah. Saya tumbuh dengan rasa malu, minder dan tertolak. Umur 12 tahun kami mengalami masalah karena Ayah ditangkap karena kasus korupsi, sebagai kepala keuangan polisi ayah menggunakan gaji polisi di meja judi. Masa remaja saya jalani dengan sangat buruk.

Gejala Awal

Setelah mengalami pertobatan di usia 17 tahun saya memutuskan sekolah ke seminari. Setelah tamat 1991, saya menikah dengan Roswitha, dan kami melayani satu jemaat. Mendapatkan panggung gereja, saya menjadi gila kerja, rajin berkunjung dan membuat banyak kegiatan di gereja. Jemaat bertambah seratus persen tiap tahun, tapi pernikahan kami mengalami burn out. Saya sangat senang mendapat pujian dari teman-teman dan itu membuat saya sibuk kerja, tidak peduli keluarga. Karena perkawinan kami tidak sehat tahun 1996 saya memutuskan sekolah konseling selama 4 tahun, untuk dua master degree.

Panggung Konseling

Saya dan wita mulai mendirikan lembaga Konseling tahun 2002. hanya dalam waktu 7 tahun, kami dikenal karena saat itu sangat sedikit yang berprofesi sebagai Konselor. Mulai 2009 kami mulai banyak diundang, dan puncaknya tahun 2011-2012. Saya bisa terbang 100-130 kali setahun. Baru saja sampai di rumah, saya sudah gelisah ingin pergi lagi. Saya sudah mengunjungi lebih 100 kota, 30 propinsi dan 16 negara di 4 benua. Bahkan ada satu kota saya kunjungi hingga 10-30 kali.

Dampaknya, saya mulai kehilangan hobi. Jarang istirahat dengan baik karena sering berpindah hotel (kamar). Harus menyiapkan banyak bahan seminar. Sementara saya kurang membaca, jarang berdoa. Waktu bersama keluarga semakin jarang, dan kurang rileks. Libur menjadi barang mewah. Meskipun ada waktu libur, selalu ada seminar secara bersamaan.

Mendapat banyak undangan ke pelbagai kota dan negara, awalnya saya senang, namun akhirnya membuat saya lupa diri, lupa anak dan lupa keluarga. Saya dikenal khususnya karena buku-buku yang kami tulis, best seller di Gramedia.Selain ajaran dan seminar konseling kami yang memang sangat dibutuhkan banyak orang.

Dampak buruknya saya lupa merawat iman, keluarga dan kesehatan mental saya sendiri. Saya depresi tahun 2012. Akibat workaholik atau candu kerja. Pada tahun yang sama anak bungsu saya bermasalah dengan studi dan kesehatannya di salatiga. Inilah dasar kami memutuskan pindah ke kota Salatiga awal 2013.

Pintu Pemulihan

Setelah tinggal di Salatiga, Saya memutuskan mengurangi seminar, menolak banyak undangan, hingga 100 undangan setiap tahunnya. Saya juga memutuskan jarang ke kantor, menyerahkan pada kepala kantor. Saat teduh dan doa menjadi tidak fokus, gairah membaca Kitab Suci menjadi kurang, dan saya hampir tidak pernah ke gereja. Saya bukan tidak ke gereja secara fisik, Saya ke gereja sebagai pengkotbah bukan umat. Saya merasa bangkrut secara rohani, dan sukacita mengering. Kesibukan seminar, konseling dan mengajar tanpa menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan, membuat saya kelelahan. Mengalami Burn out dan sindrom kelebihan beban (over load syndrome).

Retret

Tahun 2013 kami pindah ke Kota kecil Salatiga selama 4 tahun, seperti retreat bagi saya, Menemukan ulang iman, visi dan panggilan saya di bidang Konseling. Yang sempat kabur, karena ambisi menjadi terkenal. Seperti detoks, saya belajar menyangkal diri menjadi orang biasa, menahan diri untuk tidak menerima undangan, seperti saya pertama kali terjun di dunia Konseling tahun 2002. Saya berusaha keras memperbaiki kembali hubungan dengan Tuhan yang hilang, mendekatkan diri kembali dengan anak yang sempat renggang, serta mengunjungi beberapa psikolog dan Konselor. Pemulihan bertahap terjadi, selama 4 tahun. Awal 2017 setelah anak bungsu kami studi ke Dallas, Amerika Serikat dan sebelumnya anak Sulung studi ke Manila, kami pun kembali ke Jakarta.

Perkembangan

PERKEMBANGAN, sejak tahun 2017 saya tetap mengurangi menerima undangan dan program training rata-rata 100 setiap tahun.. Saya menjaga diri, tidak mau mengalami beratnya kelelahan (burn out) di tahun 2012. Awalnya tahun 2013-2015 sering gelisah, sulit tidur atau insomnia, dan merasa harga diri menurun. Tetapi setelah itu menjadi normal kembali,

Banyak waktu untuk diri sendiri, dengan Tuhan dan keluarga membantu saya menemukan kembali kesegaran fisik, mental dan visi. Untungnya selama 4 tahun di Salatiga saya tekun mengembangkan kemampuan menulis, dan menerbitkan 4 buku yang best seller. Serta fokus pada bidang melatih murid/ mahasiswa Konseling kami di beberapa lembaga STT dan Universitas

Menyangkal Diri

Saya baru memahami arti menyangkal diri. Ketika berdiam di satu kota kecil, lebih banyak membaca, menulis dan berdoa. Menemani keluarga, dan menolak undangan mengajar atau seminar bertahun-tahun. Inilah salah satu alasan mengapa saya tidak membuka akun youtube sampai hari ini, meski banyak yang meminta supaya seminar saya di masukkan Youtube.

Belajar menjadi orang biasa, atau seperti pertama kali dipanggil dalam tugas di bidang Konseling menjadi hal yang sangat penting. Jika tidak, pintu kesombongan akan meruntuhkan.

Saat ini mungkin saya sudah bisa punya akun youtube, karena kami sudah dibantu 20 staf, 30 pengajar/ dosen, 100 konselor dan ratusan volunteer lainnya di LK3. Saya masih mencari momen yang tepat untuk memiliki akun youtube atau podcast.

Fokus Pelatihan

Meski saya menolak banyak undang dari lembaga lain, saya dan wita fokus melatih murid/ mahasiswa Konseling kami di LK3 bekerjasama dengan beberapa lembaga STT dan Universitas. Sampai hari ini sudah 1200 alumni dan 400 masih belajar selama 2-3 tahun. Hasilnya, meski saya menolak undangan lembaga lain, kami bisa mendelegasikan undangan tsb kepada rekan-rekan pengajar di LK3, yang juga punya keahlian yang sama, bahkan lebih baik dari kami.

Kabar baiknya, dengan banyak lulusan di atas kami bisa mengajukan ijin ke pemerintah lewat BNSP agar profesi Konselor di sertifikasi. Ijin tsb kami terima Maret 2023, dan ini membuat minat orang belajar Konseling semakin meningkat. Selain itu fokus di lembaga, selama pandemi kami bisa mengedukasi masyarakat 4000 jam setiap tahunnya, baik untuk calon Konselor maupun masyarakat umum. Serta mengembangkan Pusat Konseling Selalu Ada Harapan.

Penutup

Kiranya sharing ini berguna bagi teman-teman yang saat ini banyak diundang oleh karena popularitas, kapasitas dan kharisma yang sangat baik. Apalagi teman- teman yang diberi kepercayaan menggembalakan banyak jemaat.

Menjadikan Tuhan di atas segala aktifitas bukanlah hal yang mudah, meski kita kerap kotbahkan. Demikian juga menjaga keseimbangan dengan keluarga dan kesehatan mental yang baik.


Julianto Simanjuntak, Konselor
Orang bijak Peduli Konseling

Ikut Pendidikan Profesi Konselor Sekarang

Starts Juli 2024


Office:

Kantor Pusat LK3
Ruko Permata Sari No.1006, Lippo Karawaci,
Kel. Binong, Kec. Curug,
Kab.Tangerang, Banten.
+62 811 1363930

PUSAT KONSELING SPESIALIS
Selalu Ada Harapan
Ruko Paramount Center
D10, Gading serpong
+62 811 8184702 (Elis)

Kantor LSP & PKSK
Wijaya Grand Center
Jalan darmawangsa III
Blok D No.11, Jakarta selatan
+62 812 1100 3603(Valeeva)

Wisma Adityawarman
Jl. Aditiawarman I No.42,
Melawai, Kby. Baru, Jakarta Selatan
(Rumah Konseling Jakarta)

 
Visi LK3: Memuridkan Konselor agar Konseling menjadi gaya hidup. Konselor menjadi profesi yang dihargai seperti psikiater dan Psikolog, dan tersedia secara merata bagi masyarakat Indonesia. (tahun 2030)
— Visi LK3
 
Next
Next

Lembaga Kecil dengan Komunitas Besar