Menjadi Pasangan Romantis & Harmonis
Sebagai konselor perkawinan, saya melihat banyak masalah sepele yang menimbulkan pertengkaran sengit suami dan istri. Salah satu penyebabnya adalah minimnya ketrampilan berkomunikasi.
Perkawinan yang harmonis membutuhkan adanya dialog terus-menerus antara suami dan istri. Melalui dialog, pasutri saling berbagi harapan, rencana dan mimpi-mimpi mereka. Sebaliknya komunikasi yang tidak efektif akan membuahkan salah pengertian, yang akibatnya membuat Anda kesepian. Ini merupakan musuh utama perkawinan.
Saat dua orang hidup bersama dalam sebuah perkawinan, tanpa sadar ada godaan untuk mengendalikan hubungan itu. Seringkali mereka berfokus pada keuntungan pribadi, dan bukannya pada pertumbuhan lembaga.
Untuk mencapai tujuan, kadang ada di antara pasangan yang mengadaptasi pola-pola yang pada dasarnya adalah “permainan yang menghancurkan.” Ketika salah satu pihak sampai pada titik menyadari bahwa mereka menjalankan permainan yang sama sekali tidak konstruktif, mereka bisa memilih untuk menjalankan hubungan yang bebas dan jujur, mengembangkan pola play dan bukan game.
Hubungan yang jujur dan fair akan menciptakan relasi yang harmonis dan pada ujungnya menuju relasi yang romantis. Pasangan bisa menghindari permainan yang berbahaya ini jika mereka bersedia untuk memeriksa cara mereka berkomunikasi. Cobalah menghindari komunikasi yang saling menjatuhkan dan menyalahkan. Ciptakan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman dan menyelaraskan tujuan.
Menjadi Lebih Harmonis
Ada tujuh hal yang membuat relasi pasutri harmonis
1. Mengenal dan menerima diri sendiri. Penerimaan ini membantu Anda menerima pasangan apa adanya. Untuk itu fokuslah pada kelebihan dan kekuatan anda. Bukan kekurangan.
2. Ingat bahwa Andalah yang menciptakan kebahagiaan bagi dirimu sendiri. Pasangan maupun perkawinanmu bukanlah pihak yang membuat engkau berbahagia. Berhentilah menuntut, menyalahkan dan menuduh suami atau istri Anda. Sebaliknya ciptakan dan bagikan secara kreatif kebahagiaanmu pada pasangan.
3. Bagikan hidupmu kepada pasangan. Lakukan itu sesering mungkin. Tetapi, Anda perlu belajar menikmati rasa aman pada saat pasangan sedang tidak di sampingmu. Terlalu bersandar pada suami atau istri akan membuat Anda tidak mandiri, cepat panik dan mudah terbakar rasa cemburu.
4. Bagikan perasaanmu yang terdalam dengan pasangan, jadikan dia tempat curhat utama. Untuk itu tumbuhkanlah sikap menghargai dan rasa percaya pada pasangan. Jika Anda tertutup, bagaimana pasangan tahu pergumulan dan kebutuhan Anda. Hindari berkomunikasi "ala telepati". Sok merasa yakin bahwa pasangan Anda harusnya sudah tahu kebutuhan Anda. Mana mungkin, kecuali Anda menyampaikan kepadanya keinginan Anda.
5. Mintalah apa yang Anda inginkan, nikmatilah apa yang Anda dapat. Belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada. Perasaan cukup ini akan menimbulkan rasa puas dan bersyukur. Wajah senang yang terpancar dari wajah Anda akan berpengaruh secara positif pada pasangan Anda. Bayangkan jika pasangan Anda pulang kantor menjumpai wajah cemberut, cerewet lagi.
6. Hargailah pasanganmu dan bantulah dia agar merasa dikasihi. Caranya, kenali dengan baik bahasa cinta utama pasangan Anda. Rencanakan untuk selalu memberikan wujud bahasa cinta itu. Dengan demikian pasangan Anda senang dan bersemangat dalam mencintai Anda dan anak-anak. Cinta laksana matahari. Jika Anda memberikan matahari cinta itu pada istri, maka istri menyinarkannya pada anak-anak. Anak-anak akan berbahagia, dan kebahagiaan itu akan memancar kembali pada Anda.
7. Nikmatilah kesatuan dalam hubungan kalian. Keintiman terbukti menjadi benteng stres. Seberat apapun tekanan (stress) dari luar (termasuk karier), keintiman itu akan membuat Anda kuat menghadapinya. Karena itu bangunlah keintiman, rancanglah waktu bersama: makan, ngobrol, rekreasi, dan lain-lain.
Memang, tidak mudah menjalankannya. Yang asyik dalam menikmati perkawinan adalah prosesnya, bukan hasil. Meski pernikahan kita sedang tertatih dan banyak problem, jangan kuatir. Selama masing-masing ada usaha membangun bersama, tak ada yang mustahil.
Tak kalah penting adalah kehadiran dan keterlibatan Sang Pencipta keluarga. Hubungan pasutri itu bersifat Trialog, ada Tuhan di antara suami dan istri. Semakin dekat keduanya dengan Sang Ilahi, maka makin mudah membangun intimasi dan berkomunikasi. Kehadiran-Nya membuat kita sadar dan bertobat dari banyak sifat penghancur komunikasi: egois, sombong, merasa benar sendiri, abai pada keluarga, dan berbagai sifat buruk lainnya.
Perkawinan seseorang adalah hubungan terpenting yang dimilikinya. Meskipun demikian, banyak orang tidak mendapatkan yang terbaik dari perkawinannya sebab mereka tidak mengerti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan ini. Sama seperti hubungan lainnya, perkawinan adalah suatu sistem.
Sistem perkawinan itu bukan hanya mencerminkan apa yang menjadi tujuan, keyakinan dan prioritas seseorang, namun juga mencerminkan apa yang menjadi tujuan, prioritas dan keyakinan bersama yang dimiliki oleh dua orang yang setuju menjadi suami dan isteri. Jika tujuan dan prioritas ini berjalan selaras, maka sistem ini akan berjalan lancar. Saat suami dan isteri semakin memahami sistem pernikahannya, mereka dapat berhubungan dalam cara yang asemakin positif dan selaras antara tujuan dan prioritas.
Ketrampilan berhubungan dengan orang lain pertama-tama dipelajari dari keluarga asal. Seorang anak mengamati kerja sama, perbantahan, balas dendam, bagaimana orang tuanya saling mencintai dan interaksi lainnya.
Mengamati perkawinan orang tua mungkin tidak selalu menjadi cara terbaik untuk membangun pola relasi dalam perkawinannya sendiri. Bisa saja keduanya (suami/isteri) datang dari keluarga bahagia dan lingkungan yang sehat, namun sistem yang beroperasi dalam pernikahan mereka ternyata sangat berbeda. Banyak sekali orang yang mencoba, secara sadar maupun tidak; meniru lingkungan yang dulu mereka kenal dengan baik (lingkungan keluarga asal).
Stinnet dan DeFrain (1985) menyelesaikan suatu riset besar-besaran dan meluas untuk mengidentifikasi kualitas apa saja yang ada pada pasangan/keluarga yang kokoh, diantaranya: (a) komitmen; (b) menghargai satu sama lain; (c) memiliki komunikasi yang baik; (d) suami dan isteri yang saling meluangkan waktu untuk pasangannya; (e) secara rohani bertumbuh; dan (f) pasangan yang mempunyai kemampuan yang baik dalam mengatasi permasalahan
Menjadi Lebih Romantis
Salah satu bahasa cinta pasangan adalah pujian dan penghargaan. Respek adalah salah satu tiang penopang pernikahan. Jika anda menghargai pasangan secara kreatif akan membuat dia merasa dicintai. Dengan demikian pasangan akan bersemangat melakukan tanggungjawabnya, baik sebagai suami/ayah atau menjadi ibu/istri.
Beberapa dari kita tidak terbiasa memuji atau menghargai pasangan. Kurang romantis dan kreatif menyatakan cinta. Kita perlu belajar tentunya. Waspadalah, salah satu pintu pasangan berselingkuh adalah karena merasa kurang dihargai pasangan. Mungkin bukan karena pasangannya tidak mau, tetapi tidak tahu caranya. Sebab dia dulu dibesarkan ayahnya yang juga tidak romantis.
Selain mengungkapkan dengan kata-kata, baik juga melatih pujian lewat tulisan. Pendek atau panjang tidak jadi masalah. Saya (Julianto) baru terbiasa memuji Roswitha lewat tulisan setelah memasuki usia perkawinan yang ke kedua belas. Itupun berupa kartu ucapan selamat ulangtahun, atau mengirim SMS.
Namun saat memasuki perkawinan ke sembilan belas saya sudah bisa menulis yang lebih panjang. Lalu memasuki usia perkawinan ke 20 barulah bisa lebih melibatkan perasaan. Tahun ini kami memasuki usia pernikahan ke 30.
Contoh Pujian
Istriku Matahariku
Istriku, 30 tahun lamanya kita bersama. Banyak kenangan indah kita lalui berdua. Meski diawalnya penuh air mata, kini kita menikmati mata air perkawinan kita.
Kerikil-kerikil tajam, melewati konflik pernikahan kita awalnya sungguh tidak nyaman. Membuatku muak dengan perkawinan ini. Menyesalinya dalam hati yang penuh sesak.
Namun justru melewati kondisi itu perkawinan kita bertumbuh dan teruji. Sungguh ini hanya anugerah Tuhan yang menyatukan kita untuk suatu maksudNya yang indah
Witha kekasihku, kau adalah kasih karunia. Pemberian istimewa tak tergantikan. Aku bahagia dan bangga menikahimu.
Kekasihku, ada satu yang menggoda di awal perjumpaaan kita, tulisanmu. Dari tulisan itulah aku pertama kali mengenalmu. Dari sana tersirat pribadimu. Pribadi yang rajin, sabar, teliti dan bersemangat. Sampai akhirnya aku jatuh cinta pada hobi yang sama. Menulis.
Sayangku, tidak saja tulisanmu, aku pun mengagumi bakatmu mengajar. Ingatkah waktu kita masih pacaran? Aku menemanimu menyampaikan seminar Pada sekelompok mahasiswa di lenteng agung.
Bakat dan semangat mengajar itu pertama-tama hidup dalam diri Ayah mertuaku, yang sudah menjadi Guru dan Guru Besar selama 57 tahun, dan kini bakat itu menonjol dalam dirimu.
Aku juga kagum dengan kesukaanmu membaca; Kau betah berjam-jam membaca buku. Tidak heran, buku telah membuat wawasanmu luas dan tulisanmu pun bernas. Membaca seolah menjadi nafas dan makananmu. Itulah modal aku kemudian menjadi Penulis.
Satu lagi, kecerdasanmu bercerita. Kemampuan bercerita yang menggoda anak-anak betah mendengarkan ocehanmu. Kau pandai Mendisiplin anak dengan cerita. Jangankan anak-anak, Akupun slalu ikut terpesona setiap kali kau bercerita. Seolah aku menjadi “anak sulung” diantara kedua putra kita. Kami bertiga duduk terpaku mendengarkan cerita yang penuh ekpresi.
Saat terdengar kicau burung, saat rumah masih sepi di pagi hari, selalu ada semangat pagi. Petikan gitar dan suaramu yang lembut membangunkan kami. Memuji Sang Pencipta adalah kegemaranmu, ikut membangun iman keluarga kita. Kami selalu merindukan nyanyian dan suara gitarmu sayang.
Istriku, Cintamu mengagumkan, Cinta yang berkorban. Saat aku atau anak-anak sakit, matamu tahan tidak terpejam. Geliat badan kami membangunkan tubuhmu Meski baru saja kau tidur sejenak.
Istriku, pengorbananmu luar biasa. Kau rela meninggalkan jabatanmu di kantor. Meski ada tawaran dengan gaji menggiurkan, semua kau tolak. Semua demi mendukung aku dan anak-anak. Bagimu anak-anak jauh lebih penting. Kau selalu mengutamakan kami dibanding apapun
Istriku, pesona lainnya dari dirimu adalah kesederhanaan. Bagimu pakaian, perhiasan dan lainnya sekunder. Sifat hemat itulah yang membuat ekonomi keluarga kita tetap sehat. Dan kini sifat itu menurun pada anak-anak.
Kekasihku, aku juga suka jiwa petualanganmu. Kau suka mengajak kami berlibur. Kita telah mengunjungi puluhan kota dan propinsi. Kita jalani lewat darat, laut dan udara. Dari aceh hingga Papua. Terakhir kita diijinkan-Nya mengunjungi negri China, Jepang dan Israel.
Benarlah perkataan Guruku dulu, bahwa keluarga harus dirawat baik-baik. Sebab keluarga adalah berkat terbesar di dunia ini setelah rahmat pengampunanNya. Aku merasakan dan mengalaminya.
Sesungguhnya banyak kenangan indah bersamamu. Masih banyak yang ingin kutulis tentang dirimu. Terima kasih sayangku. Kau berkat Tuhan yang mengagumkan Kau selalu mempesona dan Menggodaku untuk selalu bersyukur. Mendorongku bersemangat dalam bekerja dan berkarya. Membuatku bangga menjadi suami dan Ayah. Juga kuat menghadapi pelbagai tantangan kehidupan.
Terakhir yang mengagumkanku kesetiaanmu menemaniku dalam banyak perjalanan baik jauh maupun dekat, atau menyiapkan semua kebutuhanku dengan baik, termasuk secangkir kopi dalam ribuan traveling yang tak kenal waktu. Terimakasih istriku, kau adalah matahariku
Suamimu,
Julianto Simanjuntak
Penulis Buku “Seni Merawat Keluarga”
Lembaga Konseling Keluarga Kreatif (LK3)
linktr.ee/Keluarga_Kreatif